Lebih dari separuh surat Taha bercerita tentang kisah nabi Musa
alaihi salam. Mulai dari ketika beliau ditunjuk oleh Allah azza wa jalla
sebagai utusan-Nya, sampai kisahnya setelah menyeberangi laut Merah.
Saat ku baca, aku mendapati ada hal-hal yang sangat menarik tentang
kisah nabi Musa alaihi salam. Dan hal itu sama sekali bukan tentang
kehebatannya mengubah tongkat menjadi ular atau pun aksi membelah laut
Merah. Hal yang aku maksud terjadi saat nabi Musa alaihi salam pertama
kali disapa oleh Allah azza wa jalla.
Dikisahkan dalam tafsir
Ibnu Katsir, nabi Musa alaihi salam pertama kali disapa oleh Allah di
lembah suci Tuwa. Tanpa banyak berbasa-basi, Allah azza wa jalla
langsung menyuruh nabi Musa alaihi salam untuk berbalik arah guna
menemui Fir’aun dan mendakwahkan tauhid kepadanya.
Berbalik arah? Ya.
Diriwayatkan pada tafsir Ibnu Katsir, saat itu Musa sedang melarikan
diri dari rezim Fir’aun bersama keluarganya. Aku belum membaca kisah
detailnya mengapa saat itu Musa lari. Namun tak perlu berteori muluk
untuk menebaknya. Kalau kamu sedang melarikan diri dari seseorang, pasti
alasannya takut. Apalagi yang kita bicarakan ini Fir'aun, yang
terkenal karena kekejiannya. Nabi Musa alaihi salam pastinya saat itu
sedang takut dengan Fir’aun dan berniat menjauh darinya.
Alih-alih demikian, Allah azza wa jalla justru menyapa beliau dan
menyuruhnya berbalik arah, demi mendakwahkan tauhid pada Fir’aun,
menghadapi orang yang menjadi sumber rasa takut utamanya saat itu.
Menjadi sedikit pertanyaan bagi Musa: mengapa harus dia yang mendapat
tugas itu di antara semua manusia yang hidup sezaman dengannya?
Dikisahkan dalam sebuah hadits, Allah menjawab, ”karena tidak ada manusia yang menunduk lebih rendah padamu”
Tanpa banyak tanya lagi, Musa menyanggupi perintah Allah azza wa jalla dan bergegas melaksanakannya . Namun, sebelum berbalik arah, Musa sempat berdoa :
“Ya, tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan lidahku agar mereka mengerti perkataanku.” –
Surat Taha ayat 25-28
***
Demikian sepenggal kisah nabi Musa alaihi salam.
Ada bagian yang menggelitkku, yaitu alasan Allah azza wa jalla memilih
Musa sebagai utusan-Nya. Allah berkata, “karena tidak ada manusia yang
menunduk lebih rendah dari padamu.”
Menjadi pertanyaan bagiku,
apa bukti Musa menunduk lebih rendah daripada manusia lainnya? Dan
seperti apa sih definisi “menunduk lebih rendah” itu sendiri? Hal ini
tidak dijelaskan dalam surat Taha. Namun, rupanya hal itu tersirat dari
doa nabi Musa alaihi salam.
“lepaskanlah kekakuan lidahku agar mereka mengerti perkataanku”
Sedikit cerita dibalik doa ini. Ketika kecil, lidah Musa pernah
terbakar oleh arang. Sejak saat itu, lidahnya cacat dan dia tidak bisa
bicara dengan lancar, agak terbata-bata dan sulit dimengerti.
Kini Musa resmi menjadi utusan Allah azza wa jalla. Dia menjadi orang
terdekat dari Sang Penguasa. Dan bukan sekedar penguasa kelompok atau
negeri, kawan, melainkan penguasa semesta ini. Aku pikir, dengan posisi
semewah itu, Musa bisa meminta banyak hal pada Allah azza wa jalla.
Meminta hal-hal muluk yang bahkan tidak terpikirkan oleh manusia-manusia lainnya.
Namun, dari semua permintaan yang bisa dilayangkannya,
ternyata Musa hanya meminta dilepaskan kekakuan lidahnya agar bisa
dimengerti perkataannya. Beliau bahkan tidak meminta lidahnya
disembuhkan seperti semula. Tidak, kawan. Padahal itu pastinya hal kecil
bagi Allah azza wa jalla. Namun Musa tidak memintanya. Bicaranya
dimengerti, itu juga sudah cukup.
Ini mengagumkan. Alih-alih
posisi nabi Musa alaihi salam yang sangat dimuliakan, beliau hanya
meminta hal paling sederhana. Dan sesuai kebutuhan dakwahnya saat itu.
Aku pun jadi memahami jawaban Allah azza wa jalla. Musa disebut
“menunduk lebih rendah dari manusia mana pun” karena keinginannya yang
sederhana dan sesuai kebutuhan. Maka itu, Allah azza wa jalla sudi
memilihnya.
Mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita, bila
ingin didekati Allah azza wa jalla, itu bisa dimulai dari doa kita.
Sederhanakanlah doa kita dan
sesuaikanlah dengan kebutuhan. Mungkin kita tidak akan dipilih sebagai
nabi, tetapi boleh jadi Allah azza wa jalla akan sudi mendekati kita
karena kesediaan kita untuk merendah dalam doa? Wallahualam.
Ini sangat mudah dan bisa dilakukan kapan pun di mana pun. Balasannya pun luar biasa. Patut kita coba dan pertahankan.