Khilafah

By Unknown Labels: Daftar Isi at 20:32

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-73QiFNwI0RE/WOI_1ra76YI/AAAAAAAAAMs/jgXjput8fEMAIIaByUpbVfOawcBoTHj7wCPcB/s1600/CatatanKecil_640x480.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="209" src="https://2.bp.blogspot.com/-73QiFNwI0RE/WOI_1ra76YI/AAAAAAAAAMs/jgXjput8fEMAIIaByUpbVfOawcBoTHj7wCPcB/s320/CatatanKecil_640x480.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Dulu aku sangat menggemari cerita-cerita bertema fantasi. Entah itu 
cerita dari film, cerpen, komik,atau novel. Menurutku, dunia dalam 
cerita-cerita fantasi  itu lebih keren dibanding dunia nyata. 
Tokoh-tokohnya lebih menarik, bijak, dan berakhlak lebih mulia; alur 
ceritanya lebih seru dan menengangkan; latar belakangnya lebih kaya dan 
bervariasi; lebih imajinatif; dan banyak plot twist/kejutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu dunia fantasi yang paling mempesonaku adalah dunia dalam 
cerita "One Piece". Menurutku, penokohan, alur, latar tempat, misteri, 
drama, dan kejutan-kejutan<wbr></wbr><span class="word_break"></span> dalam cerita tersebut terasa sangat sempurna dan mempesona.  </div>
<div style="text-align: justify;">
Saking terpesonanya diriku, aku pernah menulis buku setebal 300 hlaman 
 berjudul Teori “One Piece” yang berisi tentang tebakan akhir cerita One
 Piece. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin di antaramu ada yang pernah membacanya, mungkin 
juga belum. Yang mana pun, tidak masalah. Akan aku jelaskan secara 
ringkas isinya. Dalam buku tersebut, aku menebak akan terjadi hal-hal 
berikut ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Munculnya “sang terpilih”, alias orang yang ditakdirkan akan menyatukan umat manusia di seluruh dunia</div>
<div style="text-align: justify;">
2. “Sang terpilih” akan mengungkapkan kebenaran tentang dunia</div>
<div style="text-align: justify;">
3. “Sang terpilih” akan memulai perang terbesar yang pernah terjadi 
dalam sejarah. Musuhnya adalah penyembunyi kebenaran dan penyebar 
fitnah.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. “Sang terpilih” akan memenangkan peperangan. Umat 
manusia di seluruh dunia akan bebas dari rezim kekejaman, lalu bersatu 
dalam kedamaian.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Cerita berakhir</div>
<div style="text-align: justify;">
Tebakan-tebakan<wbr></wbr><span class="word_break"></span> itu aku buat berdasarkan riset yang cukup mendalam.</div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, sekitar pertengahan tahun 2016, adikku membaca buku Teori “One 
Piece” dan dia sangat terkejut. Pasalnya, skenario akhir cerita dalam 
buku itu sangat mirip dengan skenario dalam Islam yang bernama 
“khilafah”.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Khilafah"? Apa itu? </div>
<div style="text-align: justify;">
Terus terang, aku baru mendengarnya pertama kali waktu itu. Aku pun mencari tahu informasi tentangnya. Dan terkejut dibuatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa itu khilafah, aku rasa kamu lebih tahu daripada aku. Aku anggap 
kamu lebih memahami islam daripada aku sendiri. Jadi, tidak akan aku 
ceritakan panjang lebar. </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, aku akan mencoba menceritakannya<wbr></wbr><span class="word_break"></span> dari sudut pandang buku yang aku tulis tadi, yaitu sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Islam kelak juga akan menurunkan sosok “sang terpilih” pada akhir zaman , yaitu Imam Mahdi dan Isa Al Masih</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Mereka juga akan mengungkapkan kebenaran tentang dunia, tentang 
islam, kepada orang-orang yang salah paham dan masih tersesat</div>
<div style="text-align: justify;">
3. 
Mereka akan memimpin perang terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah, 
dengan musuh utama Dajjal ‘Al Masih’ si penyebar fitnah paling ulung</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Perang akan dimenangkan oleh “sang terpilih” dan dunia akan bersatu di bawah bendera islam. Itulah “khilafah”</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Kiamat</div>
<div style="text-align: justify;">
Kira-kira seperti itu sudut pandangku</div>
<div style="text-align: justify;">
Skenario itu adalah nurbuah dari nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi 
wasallam yang diriwayatkan dalam hadits-hadits. Aku pribadi belum pernah
 membaca langsung dari sumbernya. Namun, banyak ulama telah meriwayatkan
 hal yang sama. Tentang 5 fase dalam Islam. Tentang khilafah. Tentang 
penyatuan umat islam. Semua versi kurang lebih sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jujur, 
ketertarikanku akan dunia fantasi surut drastis begitu tahu tentang 
khilafah. Ternyata dunia kita memiliki naskah cerita yang mirip, bahkan 
lebih dahsyat dari cerita fiksi dan dunia fantasi mana pun. Dan bagian 
paling menarik dari semuanya adalah kita terlibat di dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, tidak bisa dipungkiri, kebetulan atau tidak, disadari atau tidak, tanda-tanda menuju khilafah semakin merebak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Belakangan ini, semakin banyak berita-berita hoax dan mengarah pada 
fitnah, yang tujuannya memicu amarah dan memecah belah umat. Peperangan 
di timur juga tak kunjung mereda. Kemudian, ada aksi-aksi pemimpin dari 
negeri seberang yang mencoba memboikot umat Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun di sisi 
lain, persatuan umat Islam juga semakin terasa. Di dalam negeri, ada 
rangkaian aksi bela islam 411, 212, hingga 112 yang bertujuan memperkuat
 benteng islam. Di negeri seberang ada juga aksi-aksi demo Islam yang 
menentang kebijakan sepihak penguasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedikit banyak terasa, ada pengerucutan menjadi dua kubu besar yang berlawanan. Tanda-tanda itu nyata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaannya adalah: bagaimana diri kita harus menyikapi semua itu?</div>
<div style="text-align: justify;">
Meminjam istilah dari flatearth101, menurutku langkah paling pertama 
dan paling penting adalah “membangkitkan kesadaran”. Kita harus 
menyadari bahwa khilafah akan terjadi dan kita SEMUA sedang terlibat di 
dalam proses menuju ke sana. </div>
<div style="text-align: justify;">
Langkah kedua adalah mengambil tindakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dimulai dari yang paling utama, yaitu melindungi ketauhidan yang telah 
bersemayam di hati kita. Iringilah dengan amal kebaikan, tunaikan 
kewajiban, jauhi larangan, dan menyibukkan diri dengan aktivitas 
bermanfaat. Lakukan kegiatan yang sesuai dengan kekuatan dan kesanggupan
 kita di jalan islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Langkah ketiga adalah menoleransi perbedaan, terutama antar umat islam. </div>
<div style="text-align: justify;">
Muslim itu datang dari berbagai kalangan, baik dari masyrakat awam, 
ulama, tokoh politik, penegak hukum, pengusaha, dan banyak lagi. 
Variannya tak terbatas. Dan, boleh jadi, antara satu muslim dengan yang 
lain memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam menyikapi peristiwa.
 </div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, jangan sampai perbedaan-perbe<wbr></wbr><span class="word_break"></span>daan
 itu membuatmu memihak pada yang satu dan membenci yang lainnya. Batasi 
kekaguman dan kebencianmu pada tokoh-tokoh tertentu. Limpahkan 
kekagumanmu terbesarmu hanya pada nabi Muhammad salallahu alaihi 
wasallam dan kesetiaanmu hanya pada Islam. Dengan menoleransi perbedaan,
 ketanangan hati kita akan terlindungi. Pun secara tidak langsung, kita 
juga telah berjasa dalam pembentukan khilafah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin tidak semua orang bisa mendeteksi niat tulus dan tindakan-tindak<wbr></wbr><span class="word_break"></span>an
 kita. Namun cukupkan malaikat sebagai pencatat dan Allah azza wa jalla 
sebagai penimbang. Insya Allah, kita akan tercatat sebagai pejuang Islam
 dan khilafah. Sebuah catatan yang semoga memudahkan jalan kita menuju 
surga kelak.</div>

Dulu aku sangat menggemari cerita-cerita bertema fantasi. Entah itu cerita dari film, cerpen, komik,atau novel. Menurutku, dunia dala...

Temukan dan Rayakan Kesederhanaan

By Unknown Labels: Daftar Isi at 20:30

<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-73QiFNwI0RE/WOI_1ra76YI/AAAAAAAAAMs/jgXjput8fEMAIIaByUpbVfOawcBoTHj7wCPcB/s1600/CatatanKecil_640x480.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="209" src="https://2.bp.blogspot.com/-73QiFNwI0RE/WOI_1ra76YI/AAAAAAAAAMs/jgXjput8fEMAIIaByUpbVfOawcBoTHj7wCPcB/s320/CatatanKecil_640x480.jpg" width="320" /></a></div>
Masjid terdekat dari rumahku hanya berjarak sekitar 30-40 langkah dari rumah. Dekat sekali. Aku pun sering shalat di sana.<br />
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya ia bukan masjid favoritku. Ada masjid-masijid lainnya yang 
lebih aku sukai karena suasananya lebih cocok denganku. Namun, aku 
hampir selalu lebih memilih masjid dekat rumah karena, yah, alasan 
kedekatan. Itu saja. Meskipun, jujur saja, ada beberapa hal yang tak aku
 sukai dari masjid dekat rumah. Salah satunya adalah masalah ketiadaan 
timer iqomah. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kamu tahu kan, sekarang sudah banyak masjid yang 
memakai timer iqomah, alias papan elektronik yang menampilkan hitung 
mundur antara waktu adzan dan waktu iqomah. </div>
<div style="text-align: justify;">
Timer iqomah 
merupakan salah satu topik diskusi yang sangat disukai bapakku. Beliau 
sering bercerita bahwa timer iqomah di tiap masjid berbeda-beda. Ada 
yang 10 menit, 8 menit, 5 menit, bahkan 15 menit. Tiap waktu shalat pun 
bisa berbeda-beda waktu hitung mundurnya. Semua itu diceritakan beliau 
dengan senyum lebar dan bersemangat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya aku heran, kok bapak
 bisa bahagia sekali, ya? Padahal cuma membicarakan timer iqomah. Aku 
heran sekali, sampai kemudian, aku menemukan alasannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mesjid 
dekat rumahku tidak memiliki timer iqomah atau pun jam digital. Maklum, 
masjid kampung. Mungkin karena keterbatasan dana. Dan awalnya itu bukan 
masalah bagiku. </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, ia menjadi masalah ketika aku mulai membiasakan shalat tahiyatul masjid dan/atau shalat rawatib qobliyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku biasanya datang ke masjid ketika ‘injury time’, alias dekat-dekat 
waktu iqomah. Nah, ketika sampai di masjid, aku selalu mengalami dilema 
kecil: apakah waktunya cukup untuk shalat sunnah atau tidak, ya? </div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau aku shalat sunnah, nanti tahu-tahu iqomah saat aku baru satu rakaat. </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kalau tidak shalat, bisa jadi aku menyesal,karena<wbr></wbr><span class="word_break"></span> ternyata waktu menuju iqomah masih panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti buah simalakama. Dan aku pun beberapa kali jadi 'korban'. Saat 
aku baru satu rakat shalat tahiyatul masjid, iqomah sudah 
dikumandangkan.<wbr></wbr><span class="word_break"></span> Aku pun terpaksa mempercepat laju shalatku. Dan, seringkali, itu membuatku sedikit bad mood. Haha.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, baru-baru ini, masjid dekat rumah telah memasang timer iqomah. 
Tadi siang, aku menuju masjid untuk shalat dzuhur dan aku mendapati 
timer iqomah menunjukkan waktu 17 detik. Itu berarti sudah pasti tidak 
akan sempat melaksanakan shalat Sunnah. Aku pun hanya berdiri di shaf 
menanti iqomah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saat itu, dilema kecilku hilang. Tidak 
perlu menerka-nerka apakah waktu cukup untuk shalat sunnah atau tidak. 
Toleransiku adalah 3 menit. Kalau timer iqomah masih menunjukkan 3 
menit, berarti cukup. Namun kalau sudah di bawah 2 menit, bisa 
dipastikan tidak cukup. Aku lebih cepat membuat keputusan. Tidak ada 
dilema kecil lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini memang perkara remeh. Namun tak 
kupungkiri, aku merasakan kebahagiaan dari perubahan kecil itu. Dan aku 
pun jadi lebih mengerti kebahagiaan bapak ketika beliau bercerita 
tentang timer iqomah.</div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Kawan, aku rasa kisah kecilku ini adalah salah satu bukti keindahan islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semakin dalam kamu menyelaminya, semakin mudah kamu temukan kebahagiaan dari hal-hal sederhana. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kamu tahu kenapa banyak orang sedih, depresi, emosi, dan gundah gulana?
 Itu karena mereka mematok kebahagiaan pada level yang terlalu tinggi, 
seperti kekayaan, pasangan yang mapan dan rupawan, popularitas, jabatan,
 dan kekuasaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku ambil contoh diriku sendiri. Dulu aku mematok
 kebahagiaanku dari jumlah “like” yang aku dapat di fanpage facebook 
yang aku kelola. Semakin banyak “like”, semakin bahagia diriku. Teorinya
 seperti itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, kenyataannya tidak. Aku justru selalu sedih
 melihat “like” yang ku dapat. Soalnya, banyak fanpage lain yang jumlah 
“like”-nya jauh lebih banyak. Dari ribuan, puluhan ribu, hingga ratusan 
ribu. Jumlah "like"-ku yang 'hanya' ratusan sama sekali tidak ada 
apa-apanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhirnya, patokan kebahagiaanku itu justru 
tidak kunjung membuatku bahagia. Ia tidak pernah mencapai ujungnya, 
seperti paradoks. Dan aku lelah dibuatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun ketika aku mendalami islam, aku temukan hal-hal kecil seperti timer iqomah membuatku bahagia. </div>
<div style="text-align: justify;">
Wow. Siapa sangka, kawan? </div>
<div style="text-align: justify;">
Dan hal-hal seperti itu mungkin jumlahnya ada banyak sekali, bahkan tak
 terbatas. Pun mudah ditemui dalam keseharian. Yang perlu kita lakukan 
adalah merasakannya dengan hati dan menemukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin ini 
bisa jadi nasehat buatku dan buatmu. Temukanlah kesederhanaan dalam 
hidup dan rayakanlah ia. Rengkuh kebahagiaan dari situ. Niscaya 
ketenangan hati akan menghampiri kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga tulisan ini bermanfaat. Kalau ada yang melenceng atau meragukan, mohon dikoreksi atau didiskusikan di kolom komentar.<span id="goog_520724238"></span><span id="goog_520724239"></span></div>

Masjid terdekat dari rumahku hanya berjarak sekitar 30-40 langkah dari rumah. Dekat sekali. Aku pun sering shalat di sana. Sebenarn...

Merendah dalam Doa

By Unknown Labels: Daftar Isi at 20:29

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-73QiFNwI0RE/WOI_1ra76YI/AAAAAAAAAMs/jgXjput8fEMAIIaByUpbVfOawcBoTHj7wCPcB/s1600/CatatanKecil_640x480.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="209" src="https://2.bp.blogspot.com/-73QiFNwI0RE/WOI_1ra76YI/AAAAAAAAAMs/jgXjput8fEMAIIaByUpbVfOawcBoTHj7wCPcB/s320/CatatanKecil_640x480.jpg" width="320" /></a></div>
Lebih dari separuh surat Taha bercerita tentang kisah nabi Musa 
alaihi salam. Mulai dari ketika beliau ditunjuk oleh Allah azza wa jalla
 sebagai utusan-Nya, sampai kisahnya setelah menyeberangi laut Merah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ku baca, aku mendapati ada hal-hal yang sangat menarik tentang 
kisah nabi Musa alaihi salam. Dan hal itu sama sekali bukan tentang 
kehebatannya mengubah tongkat menjadi ular atau pun aksi membelah laut 
Merah. Hal yang aku maksud terjadi saat nabi Musa alaihi salam pertama 
kali disapa oleh Allah azza wa jalla.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan dalam tafsir 
Ibnu Katsir, nabi Musa alaihi salam pertama kali disapa oleh Allah di 
lembah suci Tuwa. Tanpa banyak berbasa-basi, Allah azza wa jalla 
langsung menyuruh nabi Musa alaihi salam untuk berbalik arah guna 
menemui Fir’aun dan mendakwahkan tauhid kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbalik arah? Ya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan pada tafsir Ibnu Katsir, saat itu Musa sedang melarikan 
diri dari rezim Fir’aun bersama keluarganya. Aku belum membaca kisah 
detailnya mengapa saat itu Musa lari. Namun tak perlu berteori muluk 
untuk menebaknya. Kalau kamu sedang melarikan diri dari seseorang, pasti
 alasannya takut. Apalagi  yang kita bicarakan ini Fir'aun, yang 
terkenal karena kekejiannya. Nabi Musa alaihi salam pastinya saat itu 
sedang takut dengan Fir’aun dan berniat menjauh darinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Alih-alih demikian, Allah azza wa jalla justru menyapa beliau dan 
menyuruhnya berbalik arah, demi mendakwahkan tauhid pada Fir’aun, 
menghadapi orang yang menjadi sumber rasa takut utamanya saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menjadi sedikit pertanyaan bagi Musa: mengapa harus dia yang mendapat 
tugas itu di antara semua manusia yang hidup sezaman dengannya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan dalam sebuah hadits, Allah menjawab, ”karena tidak ada manusia yang menunduk lebih rendah padamu”</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa banyak tanya lagi, Musa menyanggupi perintah Allah azza wa jalla dan bergegas melaksanakannya<wbr></wbr><span class="word_break"></span>. Namun, sebelum berbalik arah, Musa sempat berdoa :</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, 
dan lepaskanlah kekakuan lidahku agar mereka mengerti perkataanku.” – 
Surat Taha ayat 25-28</div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian sepenggal kisah nabi Musa alaihi salam. </div>
<div style="text-align: justify;">
Ada bagian yang menggelitkku, yaitu alasan Allah azza wa jalla memilih 
Musa sebagai utusan-Nya.  Allah berkata, “karena tidak ada manusia yang 
menunduk lebih rendah dari padamu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Menjadi pertanyaan bagiku, 
apa bukti Musa menunduk lebih rendah daripada manusia lainnya? Dan 
seperti apa sih definisi “menunduk lebih rendah” itu sendiri? Hal ini 
tidak dijelaskan dalam surat Taha. Namun, rupanya hal itu  tersirat dari
 doa nabi Musa alaihi salam.</div>
<div style="text-align: justify;">
“lepaskanlah kekakuan lidahku agar mereka mengerti perkataanku”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedikit cerita dibalik doa ini. Ketika kecil, lidah Musa pernah 
terbakar oleh arang. Sejak saat itu, lidahnya cacat dan dia tidak bisa 
bicara dengan lancar, agak terbata-bata dan sulit dimengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kini Musa resmi menjadi utusan Allah azza wa jalla. Dia menjadi orang 
terdekat dari Sang Penguasa. Dan bukan sekedar penguasa kelompok atau 
negeri, kawan, melainkan penguasa semesta ini. Aku pikir, dengan posisi 
semewah itu, Musa bisa meminta banyak hal pada Allah azza wa jalla. 
Meminta hal-hal muluk yang bahkan tidak terpikirkan oleh manusia-manusia<wbr></wbr><span class="word_break"></span> lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, dari semua permintaan yang bisa dilayangkannya,<wbr></wbr><span class="word_break"></span>
 ternyata Musa hanya meminta dilepaskan kekakuan lidahnya agar bisa 
dimengerti perkataannya. Beliau bahkan tidak meminta lidahnya 
disembuhkan seperti semula. Tidak, kawan. Padahal itu pastinya hal kecil
 bagi Allah azza wa jalla. Namun Musa tidak  memintanya. Bicaranya 
dimengerti, itu juga sudah cukup.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini mengagumkan. Alih-alih 
posisi nabi Musa alaihi salam yang sangat dimuliakan, beliau hanya 
meminta hal paling sederhana. Dan sesuai kebutuhan dakwahnya saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pun jadi memahami jawaban Allah azza wa jalla. Musa disebut 
“menunduk lebih rendah dari manusia mana pun” karena keinginannya yang 
sederhana dan sesuai kebutuhan. Maka itu, Allah azza wa jalla sudi 
memilihnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita, bila 
ingin didekati  Allah azza wa jalla, itu bisa dimulai dari doa kita. 
Sederhanakanlah<wbr></wbr><span class="word_break"></span> doa kita dan
 sesuaikanlah dengan kebutuhan. Mungkin kita tidak akan dipilih sebagai 
nabi, tetapi boleh jadi Allah azza wa jalla akan sudi mendekati kita 
karena kesediaan kita untuk merendah dalam doa? Wallahualam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini sangat mudah dan bisa dilakukan kapan pun di mana pun. Balasannya pun luar biasa. Patut kita coba dan pertahankan.</div>

Lebih dari separuh surat Taha bercerita tentang kisah nabi Musa alaihi salam. Mulai dari ketika beliau ditunjuk oleh Allah azza wa jal...

Selalu Ingat Mati

By Unknown Labels: Daftar Isi at 20:28

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-73QiFNwI0RE/WOI_1ra76YI/AAAAAAAAAMs/jgXjput8fEMAIIaByUpbVfOawcBoTHj7wCPcB/s1600/CatatanKecil_640x480.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="209" src="https://2.bp.blogspot.com/-73QiFNwI0RE/WOI_1ra76YI/AAAAAAAAAMs/jgXjput8fEMAIIaByUpbVfOawcBoTHj7wCPcB/s320/CatatanKecil_640x480.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini terjadi pukul 5 sore tadi, tetapi masih membuatku agak terguncang sampai sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sedang menemani ibuku dan sahabatnya ke sebuah mall di kawasan 
Tebet, Jakarta Selatan. Ketika itu, kami sedang agak terburu-buru. 
Pasalnya, sahabat ibuku hendak mengejar pesawat terbang di bandara 
Halim. Aku diminta mengantarnya ke sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kami telah selesai 
belanja dan bergegas menuju parkir basement di lantai B1, tempat mobil 
kami diparkir. Kami bermaksud menggunakan lift. Posisi kami saat itu ada
 di lantai G, sedang menunggu pintu lift membuka. </div>
<div style="text-align: justify;">
Satu menit berselang, pintu lift pun terbuka. Para pengunjung mall, termasuk kami bertiga, masuk berdesakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Aku masuk paling akhir, sebelum tiba-tiba terdengar ada bunyi “tiiit” 
nyaring agak panjang. Itu isyarat lift kelebihan beban. Aku pun secara 
naluriah mundur keluar dari lift. Pintu lift menutup, lalu lift bergerak
 ke bawah. Biarlah ibuku dan sahabatnya duluan ke basement. Aku 
belakangan saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah menunggu satu menit, pintu lift kembali
 terbuka. Aku masuk ke sana, berdesakan dengan pengunjung mall yang 
hendak ke lantai bawah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ruang lift tidak begitu besar. Aku 
taksir, ia hanya berukuran 1,8 x 1,8 meter. Aku berdiri di pojok kiri 
belakang, bersama dengan sekitar 12 orang lainnya. Ada orang dewasa dan 
anak-anak.  Ya, lift itu penuh sesak. Papan elektronik di atas pintu 
lift juga menegaskan hal itu. Soalnya, teks bergerak di sana menunjukkan
 kata ”full”, alias lift bermuatan penuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku merasakan lantai 
lift menekan sol sandalku ke atas. Ternyata lift ini naik ke atas 
terlebih dahulu, tepatnya ke lantai satu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Seampainya di lantai satu, pintu lift tidak langsung terbuka. </div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa detik berlalu, pintu lift tidak kunjung terbuka, pun lift tetap diam saja, tidak bergerak naik atau pun turun. </div>
<div style="text-align: justify;">
Detik-detik terus bergulir dan pintu lift masih bergeming. </div>
<div style="text-align: justify;">
Wah, ini sih ada yang tidak beres. Aku mendengar penghuni lift lainnya juga mulai menggerutu pelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir satu menit berlalu, kondisi tetap sama. "Ini saatnya menekan tombol darurat", batinku. </div>
<div style="text-align: justify;">
Seakan membaca pikiranku, seorang perempuan berjilbab yang berdiri di 
pojok kanan depan langsung menekan tombol bergambar lonceng di tembok  
lift. Interphone di atas tombol mengeluarkan suara laki-laki yang agak 
kresek-kresek.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada yang bisa kami bantu?” tanyanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya 
pak! Ini liftnya macet di lantai satu terus!”, jawab si perempuan 
berjilbab, dengan nada agak membentak. Aku merasakan getaran kepanikan 
dalam suaranya. Wajahnya tegang. Sebelas dua belas dengan wajahku saat 
itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Suara dari interphone balas menjawab, “itu lift yang di 
sebelah mana ya bu???”, dengan nada yang tidak kalah panik. Waduh, masa’
 si petugas tidak tahu ini lift yang mana? Apa tidak terdeteksi dari 
ruang kontrolnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Penghuni lift mulai gelisah. Aku berusaha 
menenangkan diri. Namun otakku yang hiperaktif ternyata lebih memilih 
untuk mengingat kasus pembunuhan di Pulo Mas beberapa waktu silam. Masih
 ingat, kan? Dalam kasus itu, sekeluarga tewas karena disekap di kamar 
mandi tanpa ventilasi. Mereka kehabisan nafas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemilihan waktu otakku tidak bisa lebih buruk dari ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang, kami bertiga belas berada di ruang lift berukuran 1,8 x 1,8 
meter dengan langit-langit rendah. Pintu lift tidak kunjung terbuka. 
Suhu ruangan memanas. Pun persediaan oksigen terasa menipis.</div>
<div style="text-align: justify;">
 Tiba-tiba muncul pertanyaan di benakku,”bagaim<wbr></wbr><span class="word_break"></span>ana kalau Allah berkehendak untuk mengunci pintu lift untuk seterusnya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Mendadak, suasana jadi horror bagiku. Aku jadi melupakan semuanya. 
Mulai dari apa yang akan aku lakukan sore ini, nanti malam, besok, 
bahkan mimpi jangka panjang yang ingin aku capai. Kalau pintu lift 
terkunci terus, boleh jadi ini saatnya bagiku. Tidak akan ada hari esok.
 Isi kepalaku pun seketika hanya dipenuhi istighfar dan doa supaya pintu
 lift lekas terbuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
---</div>
<div style="text-align: justify;">
Hening. Diselingi gerutu pelan dari penghuni lift.</div>
<div style="text-align: justify;">
2 menit, yang terasa seperti setahun, telah berlalu. Suara kresek-kresek dari interphone tiba-tiba memecah keheningan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada anak-anak di sana!!?” tanya si suara laki-laki.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada!!” jawab penghuni lift serentak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hening kembali. Diselingi gerutu pelan. Tiga menit berlalu. Aku 
benar-benar takut sekarang. Menurut seorang psikolog dari barat, ada 
lima tahap yang dilalui seseorang saat menghadapi kematian. Tahap 
pertama adalah “denial” alias penolakan. Pikiranku mulai masuk ke tahap 
tersebut. Aku tidak siap mati, kawan. Tidak sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiga 
setengah menit berlalu. Aku merasa udara semakin menipis dengan cepat. 
Bersamaan dengan itu, seorang penghuni lift berteriak ke arah 
interphone, “OKSIGEN NIH!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Hei, bung. Semua orang juga tahu 
oksigen sedang menipis. Namun bisakah tidak usah diteriakkan seperti 
itu? Itu sama sekali tidak membantu. Malah bikin tambah panik. Menyita 
banyak oksigen pula. Begitu gerutuku dalam hati. </div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mencoba 
bernafas seirit mungkin, sembari tetap istighfar dan berdoa supaya pintu
 lift terbuka atau lift bergerak. Yang mana pun lah. Itu lebih baik 
daripada kegemingan yang menyakitkan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
lima menit berlalu. Aku sudah tidak bisa berpikir jernih.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan tiba-tiba… aku merasa badanku sedikit anjlok ke bawah. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kawan, LIFTNYA BERGERAK TURUN!</div>
<div style="text-align: justify;">
 Spontan aku berteriak “ALHAMDULILLAH!<wbr></wbr><span class="word_break"></span>!” sekeras-kerasny<wbr></wbr><span class="word_break"></span>a.
 Seumur hidup, belum pernah aku merasa sebahagia itu hanya karena lift 
bergerak turun. Penghuni lift lainnya pun mengekspresikan<wbr></wbr><span class="word_break"></span> kelegaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lift akhirnya sampai di lantai B1, pintunya terbuka. Udara segar masuk.
 Aku menghirupnya dalam-dalam seakan belum pernah melakukannya 10 tahun 
terakhir. Aku bergegas keluar, lalu bergabung dengan ibuku dan 
sahabatnya yang telah menunggu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Aku baru saja lolos dari petaka. Aku merasa lega, tetapi juga terguncang. Guncangan itu baru reda sekitar 3 jam kemudian.</div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini pengalaman ‘hampir mati’ kedua yang aku alami setelah hampir hanyut
 di sungai ketika kecil dulu. Meski menakutkan, ini adalah pelajaran 
berharga. Alam bawah sadarku lagi-lagi ditendang. Betapa aku masih 
banyak dosa dan belum siap menghadapi kematian. Itu terasa dari rasa 
takutku tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ini sekiranya juga jadi peringatan, bahwa kelak
 aku dan kamu pasti akan merasakan ‘hampir mati,’ yang benar-benar 
berujung pada mati. Selalu ingat mati, kawan, karena waktunya bisa saja 
hari ini. Pastikan bekalnya sudah siap, yaitu ketauhidan dan amal-amal 
kebaikan. Jangan sampai menyesal pada waktunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nasihat ini adalah buatku dan buatmu.</div>

Ini terjadi pukul 5 sore tadi, tetapi masih membuatku agak terguncang sampai sekarang. Aku sedang menemani ibuku dan sahabatnya ke sebu...

Kekuatan Pikiran

By Unknown Labels: Daftar Isi at 20:27

Pikiran adalah bagian tubuh paling fleksibel dari seorang manusia. Jari tangan kanan kita mungkin akan selalu lima, mata kita selalu du...

Guru yang tidak piawai, atau murid yang sombong ?

By Unknown Labels: Daftar Isi at 20:26

Pernahkah ikut majelis ilmu, tetapi kamu sulit mengerti apa yang disampaikan oleh si pengajar? Lalu kamu kesal karenanya? Aku pernah. ...

Menanggapi Kebijakan Trump

By Unknown Labels: Daftar Isi at 20:25

Isu yang sedang ‘panas’ saat ini adalah Trump dan kebijakan imigrasinya, yang menyulitkan umat Islam, baik pendatang dari tujuh negara,...

Identitas Penulis

By Unknown Labels: Daftar Isi at 20:24

Aku terbiasa menulis dengan nama pena. Dan ketika tulisanku mulai dibaca dan disukai banyak orang, mereka mulai bertanya siapakah ident...

Keajaiban Ramadhan

By Unknown Labels: Daftar Isi at 20:23

Aku tipe orang yang biasa berpikir dengan logika. Cara berpikir seperti itu diiringi oleh kelebihan maupun kekurangan.Berl ogika memang ...